5 kondisi ini bisa menghancurkan rasa percaya diri anak
Jakarta (ANTARA) – Rasa percaya diri menjadi landasan pertumbuhan emosional dan sosial anak, hal ini mengajarkan mereka untuk menghadapi tantangan, berani mengambil risiko, dan percaya pada kemampuan yang dimiliki.
Namun, perilaku tertentu—yang sebagian besar tidak disengaja—dapat mengikis kualitas-kualitas penting ini. Berikut lima hal yang tanpa disadari dapat merusak rasa percaya diri anak dan cara menghindarinya, seperti dibagikan TimesofIndia, Sabtu (11/1).
Luka tak kasat mata akibat kritik terus-menerus
Anak-anak tumbuh dengan semangat, namun kritik yang terus-menerus dapat meninggalkan luka emosional yang tidak terlihat. Memperbaiki kesalahan memang penting, namun jika nadanya kasar atau terlalu sering, bisa membuat anak mempertanyakan kemampuannya.
Fokus pada umpan balik yang konstruktif. Daripada mengatakan, “Kamu selalu membuat kekacauan,” cobalah, “Ayo kita cari cara untuk membereskannya lain kali.”
Baca juga: Dokter Ingatkan Orang Tua Bantu Anak Low Vision Merasa Percaya Diri
Membandingkannya dengan orang lain
Pernyataan seperti, “Kenapa kamu tidak bisa seperti kakakmu?” sungguh bisa melukai hati seorang anak. Perbandingan membuat anak merasa tidak mampu dan dapat menimbulkan kebencian terhadap orang yang dibandingkan.
Kiat untuk merayakan kelebihan dan kelebihan unik anak Anda. Gantikan perbandingan tersebut dengan pujian pribadi, seperti, “Saya suka betapa kreatifnya ide Anda!
Perlindungan yang berlebihan
Meskipun wajar jika Anda ingin melindungi anak Anda dari kegagalan atau kekecewaan, perlindungan yang berlebihan dapat menghambat kemampuan mereka untuk mengatasi tantangan.
Anak-anak yang tidak boleh melakukan kesalahan mungkin akan tumbuh dengan keraguan terhadap kemampuannya. Biarkan mereka menyelesaikan masalah kecil secara mandiri.
Baca juga: 17 Cara Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak
Mulailah dengan tugas-tugas yang mudah dilakukan, seperti mengemas tas sekolah atau menyelesaikan konflik kecil dengan teman.
Mengabaikan prestasi anak
Tidak mengakui upaya atau keberhasilan seorang anak, baik besar atau kecil, dapat membuat mereka merasa kurang dihargai.
Seiring berjalannya waktu, mereka mungkin berhenti berusaha karena merasa usahanya tidak penting. Rayakan pencapaian, bahkan yang kecil sekalipun.
Kalimat sederhana, “Saya bangga padamu karena telah mencoba!” akan sangat membantu dalam membangun kepercayaan diri mereka.
Baca juga: Kunci sukses anak percaya diri adalah perhatian tulus dari orang tua
Memberi label negatif
Menyebut seorang anak “malas”, “pemalu”, atau “canggung” mungkin tampak tidak berbahaya pada saat itu, namun label tersebut dapat melekat dan membentuk persepsi diri mereka.
Seiring waktu, mereka mungkin menginternalisasikan kata-kata tersebut dan mulai percaya bahwa kata-kata tersebut mendefinisikan siapa diri mereka.
Fokus pada perilaku, bukan sifat. Daripada mengatakan, “Kamu malas sekali”, cobalah, “Ayo kita lebih proaktif dalam mengerjakan tugasmu.”
Baca juga: Punya Anak Pemalu? Inilah cara membawanya ke “PD” pada hari pertama sekolah
Penerjemah: Pamela Sakina
Editor: Zita Meirina
Hak Cipta © ANTARA 2025
ditulis oleh Nusarina Buchori
the jakarta press
Anda dapat mengirimkan berita di https://t.me/trackred