Bisnis

BRIN mengembangkan inovasi bioindustri dari rumput laut

“Rumput laut masa depan, potensi dan keunikannya akan membantu meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global,”

Jakarta (ANTARA) –
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan inovasi bioindustri berbasis rumput laut melalui penelitian terpadu dari hulu hingga hilir di pusat penelitian di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Inovasi tersebut bertujuan untuk mendukung industri makanan, kosmetik, biomaterial, dan bioenergi.

Kepala Pusat Penelitian Bioindustri Kelautan dan Darat lembaga tersebut, Fahrurozi mengatakan, pusat penelitian tersebut memiliki fasilitas laboratorium yang lengkap.

Ia juga memiliki alat analisis seperti kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC) dan kromatografi gas (GC) yang dapat digunakan untuk penelitian berbagai biota laut, termasuk mikroalga, rumput laut, dan teripang, tambahnya.

“Mengapa kita memilih rumput laut dan teripang? Karena potensinya yang besar sebagai bahan baku berbagai produk inovasi di bidang bioindustri,” jelas Fahrurozi dalam keterangannya, Kamis.

Di pusat penelitian bioindustri Lombok, ia mendata berbagai produk turunan rumput laut yang telah dikembangkan, antara lain produk kosmetik, nutraceutical, biostimulan, biomaterial, dan bioenergi.

Produk-produk seperti yogurt rumput laut, benang laut, tortilla laut, dan kosmetik dari pikoeritin ekstrak adalah beberapa inovasi yang siap dikembangkan melalui kerja sama dengan industri lokal dan UMKM.

Fahrurozi juga menyoroti peluang pengembangan biskuit bergizi tinggi dari rumput laut untuk mencegah stunting di wilayah pesisir.

Selain itu, BRIN juga mengembangkan beras analog dari rumput laut yang diharapkan dapat menjadi alternatif pengganti pangan. Produk siap dihilirisasi dan sudah dipatenkan.

“Kami ingin melibatkan UMKM dan industri lokal di Lombok dan NTB untuk mendukung upaya pemerintah meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat. Jadi, cukup banyak produk yang bisa di-upscaling, dikembangkan nanti untuk masyarakat Nusa Tenggara Barat,” dia dikatakan.

Sebagai bagian dari upaya hilirisasi dan kolaborasi internasional, BRIN berencana mendirikan Pusat Penelitian Rumput Laut Tropis Internasional di Lombok.

Fasilitas ini diharapkan menjadi pusat penelitian rumput laut tropis mulai dari pengembangan benih hingga proses hilir, dengan produk akhir berupa biostimulan, pangan, nutraceutical, dan bioenergi.

Rencana tersebut diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen rumput laut terbesar kedua di dunia, dengan potensi lebih dari 12 juta hektar lahan yang belum dimanfaatkan secara maksimal.

Dengan produksi mencapai 9,6 juta ton pada tahun 2022 dan kontribusi devisa sebesar US$400 juta pada tahun 2023, rumput laut dinilai sebagai komoditas strategis.

Fahrurozi optimis jika riset dan hilirisasi terus dikembangkan maka sektor tersebut dapat membuka lapangan kerja baru dan meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir.

“Rumput laut masa depan, potensi dan keunikannya akan membantu meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global,” ujarnya.

Berita terkait: Hilirisasi rumput laut berpotensi mendongkrak perekonomian Indonesia: Jokowi
Berita terkait: Kementerian menandatangani MoU dengan IGCN untuk mengembangkan pusat penelitian rumput laut
Berita terkait: Indonesia meluncurkan Pusat Penelitian Rumput Laut Tropis Internasional

Penerjemah: Farhan Arda Nugraha, Yashinta Difa
Editor: Arie Novarina
Hak Cipta © ANTARA 2024

ditulis oleh Nusarina Buchori
the jakarta press

Anda dapat mengirimkan berita di https://t.me/trackred

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button