kesehatan

Ahli Gizi: “Pemakan pilih-pilih” berdampak buruk pada tumbuh kembang anak

Jakarta (ANTARA) – Ahli Gizi Anak Rawat Inap dari Rumah Sakit Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kiara Jakarta Ariek Ratnawati, S.Gz mengatakan pemakan pilih-pilih atau sikap pilih-pilih makanan pada anak dapat berdampak buruk pada pertumbuhan dan perkembangannya.

“Makanan yang monoton atau itu-itu saja tentu dikhawatirkan dapat menyebabkan anak kekurangan zat gizi tertentu, yang seharusnya diperoleh melalui variasi makanan lain,” kata Ariek Ratnawati, S.Gz saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.

Ariek mengatakan, picky eating bisa terjadi karena beberapa hal, misalnya kurangnya eksplorasi makanan, gangguan pada kemampuan makan anak (oromotorik) atau gangguan sensorik lainnya.

Baca juga: Dokter Anak: Pilih-pilih Makanan Itu Baik, Asal Terkendali

Kondisi lingkungan seperti orang tua yang tidak menyukai jenis makanan tertentu juga bisa menjadi penyebab karena orang tua jarang atau bahkan tidak pernah mengenalkan makanan tersebut sama sekali.

Menurutnya, berbagai penyebab tersebut dapat membahayakan kelengkapan asupan gizi anak yang dapat mendukung tumbuh kembangnya menjadi lebih optimal. Jika hal ini terus berlanjut, daya tahan tubuh anak akan menurun dan mereka pun akan mudah terserang penyakit.

“Mungkin anak itu suka menu nasi dan telur setiap hari tanpa buah atau sayur. Dari segi karbohidrat dan protein mungkin terpenuhi, tetapi vitamin dan mineral mungkin kurang,” katanya.

Baca juga: Cara mengatasi anak yang suka pilih-pilih makanan

Belum lagi perilaku tersebut dapat menjauhkan anak dari makanan ketika fokus mereka tiba-tiba beralih ke gawai yang sedang dimainkannya atau acara televisi yang sedang ditontonnya.

Oleh karena itu, Ariek menekankan pentingnya mengenalkan makanan bervariasi jenis dan zat gizinya secara bertahap, melatih keterampilan makan serta memantau tumbuh kembang anak mulai dari berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala jika anak masih berusia di bawah dua tahun.

“Kita bisa kembali ke aturan pemberian makan “Terapkan secara konsisten atau tidak bisa jadi penyebabnya. Kita bisa menyiasatinya dengan makan dan minum susu sesuai jadwal, misalnya,” katanya.

Baca juga: Mie sayur, alternatif bagi mereka yang pemilih dalam hal makanan

Bagi orang tua yang ingin melatih kemampuan makan anak, dapat memulainya dengan membantu anak mengeksplorasi makanannya. Dengan memberikan makanan dengan tekstur atau rasa baru atau memberikan kesempatan untuk menyuapi menggunakan sendok lain.

Untuk mengurangi stres di meja makan, orang tua dapat meningkatkan nafsu makan anak dengan menciptakan suasana yang menyenangkan dengan mengajak anak bernyanyi atau mengobrol.

“Tetapi yang jelas, pastikan anak makan dan minum sambil duduk dan seminimal mungkin gangguan seperti gadget atau TV,” kata Ariek.

Pada kesempatan tersebut, Ariek juga menjelaskan bahwa istilah pemakan pilih-pilih (picky eating) merupakan suatu kondisi dimana seorang anak hanya mengonsumsi makanan yang monoton dan dikhawatirkan mengalami kekurangan zat gizi tertentu apabila berlangsung dalam jangka waktu lama.

Baca juga: Penyakit Idap hingga Masalah Sensorik Sebabkan Anak Jadi “Pilih-pilih Makanan”

Perilaku anak pilih-pilih makanan ini tidak selalu terjadi pada tahap awal pengenalan Makanan Pendamping ASI Eksklusif (MPASI), namun bisa juga terjadi pada anak usia Doodles (doodles) adalah istilah umum untuk menyebut orang yang suka makan dan minum. yaitu 19 bulan sampai tujuh tahun.

Dapat dikatakan normal apabila anak masih mampu mengonsumsi lebih dari 15 jenis makanan dan menyantapnya bersama keluarga.

Namun apabila anak mengonsumsi kurang dari 15 jenis makanan, menunjukkan perilaku menghindari tekstur atau jenis makanan sama sekali, tersedak saat melihat atau menyentuh makanan, dan mengamuk, ia menghimbau kepada para orang tua untuk segera mendatangi fasilitas kesehatan terdekat guna dilakukan konsultasi lebih lanjut terkait status gizi dan mengetahui penyebab pastinya.

Baca juga: Anak yang pilih-pilih makanan bisa sebabkan stunting

Wartawan: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Siti Zulaikha
Hak Cipta © ANTARA 2024

ditulis oleh Nusarina Buchori
the jakarta press

Anda dapat mengirimkan berita di https://t.me/trackred

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button