Babi di AS pertama kali terpapar virus flu burung H5N1
Jakarta (ANTARA) – Kasus penularan virus flu burung H5N1 yang terjadi pada babi di Amerika Serikat (AS), menimbulkan kekhawatiran bagaimana virus tersebut bisa menyebar antar spesies.
Seperti dilansir Medical Daily pada Kamis (31/10) waktu setempat, kasus pertama ditemukan di sebuah peternakan di Oregon. Diketahui, dari lima ekor babi yang diperiksa, satu ekornya positif terjangkit flu burung H5N1.
Sedangkan dua ekor babi dinyatakan negatif dan sisanya masih menunggu hasil pemeriksaan.
Baca juga: Sebanyak 23 Spesies Mamalia Terinfeksi Flu Burung H5 di AS
Baca juga: Jepang konfirmasi wabah flu burung pertama musim ini
“Meskipun babi-babi tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit, Departemen Kesehatan Oregon dan Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) menguji kelima babi tersebut untuk H5N1 sebagai tindakan pencegahan dan karena adanya H5N1 pada hewan lain di lokasi tersebut. babi di-eutanasia untuk memfasilitasi analisis diagnostik tambahan,” kata Departemen Pertanian AS dalam siaran persnya.
Di peternakan ini, babi berbagi air yang sama, dan tinggal di kandang yang sama atau berdekatan satu sama lain. Jadi kemungkinan besar mereka melakukan kontak dari peralatan yang sama.
Sebagai tindakan pencegahan, pejabat pemerintah akhirnya mengkarantina peternakan tersebut dan memantau secara ketat hewan lain di sana, termasuk domba dan kambing.
Menurut para pejabat, peternakan tersebut bukan bagian dari rantai pasokan makanan komersial, sehingga kasus-kasus yang ditemukan tidak menimbulkan kekhawatiran mengenai keamanan pasokan daging babi di negara tersebut.
Karena peternakan bukan bagian dari pasokan makanan komersial, temuan ini tidak menimbulkan kekhawatiran mengenai keamanan pasokan daging babi di negara tersebut, kata para pejabat.
“Laboratorium Pelayanan Hewan Nasional (NVSL) USDA telah melakukan pengurutan genom virus dari unggas yang terinfeksi di peternakan ini, dan pengurutan tersebut tidak mengidentifikasi perubahan apa pun pada virus H5N1 yang mengindikasikan kepada USDA dan CDC bahwa virus tersebut lebih mudah menular ke manusia, yang menunjukkan bahwa virus tersebut lebih mudah menular ke manusia. bahwa risiko terhadap masyarakat saat ini masih rendah,” kata mereka.
Namun penularan pada babi mengkhawatirkan karena babi berpotensi tertular flu burung bersamaan dengan manusia. Hal ini dapat mengakibatkan mutasi virus yang lebih berbahaya, dan dapat dengan mudah menginfeksi manusia.
Namun, saat ini belum ada bukti bahwa virus flu burung telah bermutasi menjadi varian yang lebih mudah menular.
Pekan lalu, Departemen Pertanian Oregon melaporkan bahwa virus tersebut terdeteksi pada sekawanan burung di halaman belakang rumah, sehingga menyebabkan dilakukannya euthanasia terhadap 70 burung. Lokasinya kini dikarantina.
Menurut seorang profesor kedokteran hewan di Universitas Minnesota yang meneliti virus flu pada babi, penemuan baru ini seharusnya mendorong peternak babi untuk waspada terhadap infeksi.
“Masyarakat perlu mulai memperbaiki rencana mereka untuk menghadapinya jika hal itu terjadi pada kawanan unggas lainnya. Babi sangat pandai menangkap virus influenza,” kata Marie Culhane.
Baca juga: Pakar Rekomendasikan One Health Respons Kematian Manusia Akibat Flu Burung
Baca juga: Indonesia memperketat pengawasan untuk menjaga risiko tertular flu burung tipe A
Penerjemah: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Hak Cipta © ANTARA 2024
ditulis oleh Nusarina Buchori
the jakarta press
Anda dapat mengirimkan berita di https://t.me/trackred