Dokter menekankan pentingnya mengonsumsi antibiotik dengan bijak
Jakarta (ANTARA) – Antibiotik merupakan senjata ampuh dalam melawan infeksi bakteri, namun penggunaannya harus dilakukan secara bijak dan berdasarkan anjuran dokter.
Hal tersebut ditegaskan Ketua Departemen Hubungan Instansi Pemerintah PB IDI, Brigjen TNI Purnawirawan DR Dr Soroy Lardo, SpPD KPTI FINASIM, mengingat dampak negatif yang dapat terjadi jika penggunaan antibiotik sembarangan, termasuk risiko resistensi antibiotik.
“Saya tetap berpendapat bahwa antibiotik harus berdasarkan pemeriksaan dokter, karena kita melihat antibiotik bukan sekedar obat untuk membunuh kuman, tapi juga melihat proses yang terjadi di dalam tubuh,” kata dokter lulusan Fakultas Kedokteran itu. , Universitas Padjadjaran saat diskusi online di Jakarta. , Kamis.
Baca juga: Resistensi antibiotik mempengaruhi produktivitas masyarakat
Menurutnya, penggunaan antibiotik tidak boleh dilakukan secara mandiri tanpa pengawasan medis, karena antibiotik bukan sekedar obat untuk membunuh kuman, tetapi juga berkaitan dengan proses kompleks di dalam tubuh, seperti patofisiologi dan patogenesis.
Oleh karena itu, pemberian antibiotik harus didasarkan pada diagnosis yang akurat oleh tenaga medis profesional.
Masyarakat diingatkan bahwa tidak semua demam atau infeksi memerlukan antibiotik. Infeksi virus, misalnya, tidak bisa disembuhkan dengan antibiotik.
Baca juga: Kemenkes: 41 persen pengguna antibiotik oral mendapat obat tanpa resep
Namun jika demam atau gejala infeksi berlangsung lebih dari lima hari, penting untuk segera menemui dokter untuk mengetahui penyebabnya dan menentukan apakah diperlukan antibiotik.
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat baik dari jenis, dosis, maupun durasinya dapat memicu mutasi bakteri yang menyebabkan resistensi.
Kondisi ini dapat menimbulkan akibat yang serius, seperti tidak tersedianya antibiotik yang efektif ketika terjadi infeksi serius, dan masyarakat diminta untuk tidak sembarangan membeli antibiotik, termasuk melalui platform online, tanpa resep dokter.
Baca juga: Pakar kesehatan mengingatkan pentingnya mencegah resistensi antibiotik
Dokter Soroy juga menekankan pentingnya kesabaran dalam menjalani terapi antibiotik, karena butuh waktu untuk bekerja membantu tubuh melawan kuman, dan proses ini tidak bisa terjadi dalam hitungan jam.
“Jadi ketika saya menghadapi pasien-pasien ini, kuncinya adalah kesabaran. Jadi bersabar itu tidak mudah karena variasi gejala klinis tiap pasien atau individu berbeda-beda dalam menghadapi infeksi dan antibiotik bukanlah sesuatu yang diberikan sekarang, dalam satu jam sudah bisa membunuh kuman, ujarnya.
Mengganti antibiotik tanpa indikasi yang jelas hanya akan menurunkan efektivitas pengobatan.
Baca juga: Kemenkes: Konsumsi antibiotik dengan bijak untuk mencegah AMR
Terakhir, edukasi mengenai penggunaan antibiotik harus terus ditingkatkan, pengetahuan masyarakat tentang resistensi antibiotik (resistensi antimikroba) memang penting, namun keputusan akhir tetap berada di tangan dokter yang telah terdidik untuk memahami kompleksitas penyakit dan menentukan. terapi yang paling tepat.
Dengan penggunaan antibiotik yang bijaksana dan terkendali, masyarakat dapat berkontribusi dalam mencegah resistensi antibiotik, melindungi diri, dan menjaga kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
Baca juga: BPOM: 10 Juta Kematian Akan Terjadi Akibat Resistensi Antimikroba
Reporter: Putri Hanifa
Redaktur : Siti Zulaikha
Hak Cipta © ANTARA 2024
ditulis oleh Nusarina Buchori
the jakarta press
Anda dapat mengirimkan berita di https://t.me/trackred