Eksperimen hingga ketagihan jadi alasan orang konsumsi buah kecubung
Jakarta (ANTARA) – Perhimpunan Dokter Pengembang Obat Tradisional Herbal Indonesia (PDPOTJI) menyatakan keinginan mencoba bahkan sampai ketagihan menjadi salah satu alasan seseorang mengonsumsi buah datura.
“Biasanya yang mencoba batu kecubung adalah orang-orang yang kondisi emosi atau mentalnya tidak stabil, misalnya anak muda dan remaja,” kata Ketua PDPOTJI Dr. (Cand.) dr. Inggrid Tania, M.Si saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.
Inggrid mengatakan, mengonsumsi buah datura sering kali terjadi karena seseorang sedang dalam kondisi emosi atau mental yang tidak stabil. Hal ini biasanya digunakan sebagai pelarian dari depresi atau stres.
Baca juga: 47 Orang Dirawat di RSJ, Respons Polda Kalsel Soal Maraknya Kasus Keracunan Batu Kecubung
Menurutnya, kondisi percobaan ini sama seperti perasaan penasaran ketika ingin mencoba rokok, obat keras atau narkotika.
Sementara itu, dalam kasus kecanduan, pecandu menyalahgunakan batu kecubung dan mencampurnya dengan obat keras bernama Zenith yang mengandung zat Carnophen.
“Itu adalah obat psikoaktif atau obat yang bersifat adiktif dan sebetulnya ilegal. Sudah tidak boleh beredar lagi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dulunya itu adalah obat gangguan tulang tapi karena bisa bersifat psikoaktif dan adiktif jadi dilarang,” kata Inggrid.
Baca juga: Polda Kalsel Tunggu Hasil Labfor Kandungan Buah Kecubung
Meski demikian, Zenith tetap tersedia di masyarakat dengan harga yang murah, termasuk racikannya yang menggunakan buah datura.
Inggrid mengingatkan, mengonsumsi minuman tersebut dapat membahayakan kesehatan karena dapat menimbulkan halusinasi, gairah seksual meningkat tiba-tiba, gangguan irama jantung bahkan kematian.
Lamanya keparahan efek samping juga berbeda-beda pada setiap orang, sehingga penggunaannya tidak dianjurkan. Terkait penanganan efek sampingnya, ia mengatakan tidak ada yang dapat dilakukan oleh masyarakat selain membawa pasien mabuk ke rumah sakit terdekat.
Baca juga: Polda Kalsel: Batu Kecubung Positif Mengandung Atropin dan Skopolamin
“Masyarakat tidak bisa membantu dari sisi medis, jalan satu-satunya adalah dengan membawa ke rumah sakit. Sebab, orang yang mabuk datura harus diberikan obat penawar senyawa penyebab mabuk atau halusinasi,” ujarnya.
Kemudian hari ini, Direktur Reserse Narkoba Polda Kalimantan Selatan Kombes Kelana Jaya mengungkapkan hasil uji Laboratorium Forensik (Labfor) di Mapolda Surabaya menyatakan buah datura positif mengandung atropin dan skopolamin.
“Kalau untuk narkotika, psikotropika dan obat berbahaya lainnya itu negatif, yang pasti penggunaan batu kecubung itu tidak baik berdasarkan kandungannya, apalagi kalau dicampur dengan obat-obatan terlarang dan alkohol,” ujarnya.
Baca juga: Beracun, Batu Kecubung Tak Lagi Dipakai Sebagai Obat Tradisional
Sementara itu, Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Kalsel, Kombes Pol Dr. Muhammad El Yandiko menambahkan, kandungan atropin dan skopolamin pada buah datura berbahaya bagi kesehatan, terutama pada bagian buah dan akar yang memiliki kandungan paling tinggi yakni 0,4 hingga 0,9 persen, disusul daun dan bunga sebesar 0,2 hingga 0,3 persen.
Secara alamiah, batu kecubung juga mengandung alkaloid yang dalam istilah medis disebut sebagai obat antikolinergik yang bekerja pada susunan saraf pusat dan dapat menimbulkan peningkatan denyut jantung, efek anestesi dan halusinasi yang dapat berlangsung selama dua hari.
“Pengguna akan kesulitan membedakan antara kenyataan dengan delusi yang dialaminya, kemudian efek ketergantungan pun mengikuti dan akhirnya menyebabkan keracunan jika dikonsumsi berulang-ulang,” tutur Yandiko.
Baca juga: Polisi tangkap tersangka pencurian dengan modus menggunakan batu kecubung
Wartawan: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Siti Zulaikha
Hak Cipta © ANTARA 2024
ditulis oleh Nusarina Buchori
the jakarta press
Anda dapat mengirimkan berita di https://t.me/trackred