Memahami penyakit arteri perifer dan faktor risikonya
Jakarta (ANTARA) –
Banyak yang tidak tahu bahwa penyakit jantung dan stroke juga dapat memengaruhi fungsi pembuluh darah lainnya yang dapat menyebabkan penyakit arteri perifer.
Dokter spesialis bedah vaskular dan endovaskular RS Cipto Mangunkusumo, dr. Ihza Fachriza Sp.B Subs.BVE (K) mengatakan, perifer dalam istilah medis berarti ujung atau tepi yang bertugas menyalurkan oksigen dan nutrisi ke organ tubuh lain seperti leher hingga otak, ginjal, usus, dan kaki. Saraf ini berada di luar pembuluh darah utama, yakni jantung.
“Perifer merupakan pembuluh darah yang berfungsi membawa nutrisi untuk menjadi suplai kehidupan organ. Jika terjadi gangguan pada arteri, maka suplai darah, oksigen, dan nutrisi ke organ akan terganggu, prinsipnya sama seperti jantung atau stroke,” kata Ihza dalam diskusi daring yang dihadiri di Jakarta, Rabu.
Penyakit arteri perifer yang terjadi pada pembuluh darah di leher akan menyebabkan arteri karotis yang berujung pada stroke. Akan tetapi, penyumbatan pada pembuluh darah seperti pada usus dan ginjal sering kali tidak menimbulkan gejala sehingga penderitanya tidak menyadarinya. Yang paling umum adalah arteri perifer yang menyerang kaki karena gejalanya adalah kaki akan menghitam dan terasa nyeri.
Dokter lulusan Universitas Indonesia ini mengatakan, arteri perifer yang menyerang kaki biasanya akan menimbulkan rasa nyeri yang kadang datang dan pergi. Hal ini yang mesti diwaspadai karena artinya pasokan darah yang mengandung oksigen dan nutrisi akan terhambat sehingga kaki terasa nyeri dan tidak dapat berjalan jauh atau berolahraga.
Ihza mengatakan penyakit arteri perifer bisa disebabkan oleh faktor degeneratif atau penuaan yang menyebabkan tubuh tidak dapat berfungsi secara optimal seperti saat muda, dan laki-laki juga lebih banyak menderita penyakit arteri perifer akibat gaya hidup merokok dan pola makan yang tidak sehat.
“Banyak pasien yang merupakan perokok berat, menderita hipertensi, diabetes, dan gaya hidup tanpa olahraga sama sekali. Sebagian besar komposisi makanan kita tinggi kolesterol, dibakar, tinggi lemak, dan penggunaan santan sangat berpengaruh,” katanya.
Penyakit pembuluh darah tepi atau arteri perifer memang tidak mengancam jiwa seperti penyakit jantung atau stroke yang harus ditangani dalam hitungan menit, namun kualitas hidup penderita arteri perifer akan sangat terganggu karena fungsi organ tubuh yang tidak lagi baik seperti pada kaki.
Sebagian besar pasien menjadi tidak dapat bekerja secara optimal, tidak dapat berjalan dengan baik yang mengganggu keuangan keluarga mereka. Keluarga pasien yang merawat mereka juga dapat menjadi beban dan tidak dapat bekerja karena harus menjaga dan merawat pasien arteri perifer.
Ihza mengatakan, selain fungsi organ tubuh yang tidak sempurna, penyakit ini juga dapat menyebabkan depresi akibat proses penyembuhan yang lama serta beratnya pengobatan yang dijalani, apalagi jika harus menghadapi kenyataan kaki harus diamputasi karena tidak bisa berjalan lagi.
Reporter: Fitra Ashari
Editor: Zita Meirina
Hak Cipta © ANTARA 2024
ditulis oleh Nusarina Buchori
the jakarta press
Anda dapat mengirimkan berita di https://t.me/trackred