Nasionalisme tidak selalu positif, ada juga yang negatif? Ini kata ulama Turki
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ulama sekaligus cendekiawan Turki, Badiuzzaman Said Nurdi mengatakan, paham nasionalisme pada abad ini sudah menyebar luas dan mengakar kuat.
Para tiran Eropa, terutama mereka yang melakukan pengkhianatan, menyebarkan paham ini dalam bentuk negatif di kalangan umat Islam dengan tujuan memecah belah mereka dan memudahkan mereka untuk menindas umat Islam.
Sebab dalam paham kebangsaan ini terkandung rasa nikmat bagi jiwa, rasa nikmat yang menyejukkan hati, sekaligus daya yang buruk, maka kita tidak bisa mengatakan kepada para aktivis sosial masyarakat saat ini, “Tinggalkan paham kebangsaan!”
Namun, menurut Nursi, perlu dijelaskan bahwa nasionalisme sendiri terbagi menjadi dua. Pertama, yakni nasionalisme negatif, buruk, dan berbahaya. Nasionalisme negatif tumbuh dan berkembang dengan menyingkirkan pihak lain dan hadir dengan bersikap memusuhi orang di luar mereka.
“Nasionalisme semacam ini melahirkan permusuhan dan konflik,” kata Nursi dalam bukunya yang berjudul Al-Maktubat halaman 542-543.
Oleh karena itu dalam hadits disebutkan:
(Islam menghapus apa yang ada sebelumnya)
Artinya: “Islam menghapus apa yang ada sebelumnya.”
Said Nursi menegaskan bahwa Islam menolak fanatisme jahiliyah. Al-Quran juga menegaskan:
Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kefanatikan zaman jahiliyah, maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang mukmin, dan menjadikan mereka berpegang teguh kepada kalimat taqwa, dan mereka lebih berhak atasnya dan lebih berhak atasnya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Artinya: “Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang mukmin. Kemudian Allah mewajibkan atas mereka untuk membaca kalimat taqwa. Mereka berhak atas kalimat taqwa itu dan wajib memilikinya. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Fath) [48]: 26).
Menurut Nursi, ayat dan hadis di atas dengan tegas menolak nasionalisme negatif dan rasisme. Sebab, ruh Islam yang positif dan murni tidak membutuhkannya. Nah, apakah ada ras di dunia yang jumlahnya sekitar 350 juta? Lalu rasisme mana yang bisa memberi pengikut sebanyak itu sebagai ganti Islam?
Sepanjang sejarah, telah banyak bahaya yang disebabkan oleh nasionalisme negatif. Di antaranya: Bani Umayyah mencampurkan sedikit pandangan nasionalis ke dalam politik dan kebijakan mereka. Hal ini membuat dunia Islam marah, selain melahirkan begitu banyak bencana karena fitnah internal. Hal yang sama terjadi pada bangsa-bangsa Eropa.
“Ketika mereka menyerukan rasisme, muncullah konflik historis yang penuh dengan peristiwa-peristiwa mengerikan antara Prancis dan Jerman. Konflik ini juga melahirkan kerusakan parah yang disebabkan oleh perang dunia. Inilah bahaya yang menyertai munculnya nasionalisme negatif terhadap kemanusiaan,” jelas Nursi.
Apa yang disampaikan Turki dalam bukunya menggambarkan kondisi umat Islam di Turki. Melalui buku ini, Said Nursi mengingatkan umat Islam untuk menghindari nasionalisme negatif yang menyebabkan perpecahan di antara umat Islam.
ditulis oleh Nusarina Buchori
the jakarta press
Anda dapat mengirimkan berita di https://t.me/trackred