Penatalaksanaan efek samping mual dan muntah pada pasien kemoterapi anak
Jakarta (ANTARA) – Dokter spesialis konsultan onkologi hematologi pediatrik lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr. Anky Tri Rini Kusumaning Edhy Sp.A(K) berbagi langkah penanganan efek samping masalah pencernaan, mual dan muntah akibat fase kemoterapi pada pasien kanker anak.
“Caranya, siapkan makanan dalam porsi kecil sesuai selera, minuman kesukaan, latihan pernafasan, hindari bau makanan yang merangsang, dan sekarang bisa dengan aromaterapi,” kata Anky pada acara Peran Terapi Suportif pada Kanker Anak di MRCCC Siloam Hospital Jakarta, Sabtu.
Anky menuturkan, saluran pencernaan kerap menjadi keluhan yang dirasakan anak penderita kanker yang menjalani kemoterapi. Keluhan seperti mual, muntah, dan diare dapat dirasakan anak sekitar beberapa hari pascakemoterapi atau seminggu setelahnya. Selain diare, sembelit juga dapat dialami anak akibat makanan atau minuman yang kurang serat atau mengonsumsi obat-obatan tertentu.
Baca juga: Pentingnya Protein Hewani untuk Mencegah Malnutrisi pada Anak Penderita Kanker
Anky mengatakan, jika anak mengalami sembelit, anak dapat diberikan 8 gelas minuman hidrasi per hari dan tetap beraktivitas serta bergerak. Konsumsi pula makanan berserat, dan konsultasikan ke dokter jika tidak dapat BAB dalam tiga hari. Namun, jika mengalami diare, anak dapat mengonsumsi makanan lunak dan minum susu rendah fruktosa serta banyak minum untuk menghidrasi tubuh.
Selain masalah pencernaan, efek kemoterapi juga dapat menimbulkan masalah di area mulut, sehingga menyebabkan hilangnya nafsu makan. Kemoterapi dapat menyebabkan mulut kering, mengelupas, pecah-pecah hingga pendarahan dan nyeri, serta perubahan indera perasa. Infeksi di mulut ini juga menyebabkan perubahan suara menjadi serak, kesulitan menelan, dan perubahan pada mukosa mulut.
“Orang tua sebaiknya memperhatikan kebersihan mulut, gunakan sikat gigi berbulu lembut, sering berkumur, hindari makanan berkarbonasi, minum air putih untuk menjaga hidrasi, makan dalam porsi kecil dalam wadah kecil dan lembut, berikan makanan sedikit tapi sering, bila sulit menelan gunakan sedotan,” ujar dokter yang berpraktik di RS Yarsi ini.
Baca juga: Orangtua butuh dukungan psikologis untuk dampingi anak penderita kanker
Anky juga mengingatkan, saat menjalani kemoterapi, ambang pengecapan anak juga akan berubah, misalnya rasa pahit akan berkurang dan rasa manis akan bertambah, sehingga sering kali terjadi ketidaksesuaian antara palet pengecap orang tua dengan anak yang menjalani kemoterapi.
Orang tua juga disarankan untuk tidak memaksa anak jika tidak mau makan. Rasa nyeri di area mulut dan gangguan pengecapan sangat umum terjadi pada anak yang menjalani kemoterapi, hal ini juga menjadi dasar anak tidak nafsu makan yang tidak banyak diketahui orang tua.
Kehilangan nafsu makan juga dikhawatirkan dapat menghambat nutrisi yang seharusnya dibutuhkan tubuh anak untuk melawan kanker dan dapat menjalani kemoterapi dengan lancar. Beberapa cara yang dapat dilakukan seperti memberikan makanan segera saat anak meminta makan, dan memberikan anak makan 3 jam setelah kemoterapi untuk menghindari rasa mual.
Baca juga: Dokter: Harapan hidup anak penderita kanker tergantung pada deteksi dan pengobatan
Cara lain adalah dengan menyediakan lebih banyak makanan cair, terutama makanan yang kaya protein, sehingga anak-anak tidak merasakan rasa pahit logam di mulut mereka. Makanan dingin dan beraroma mint lebih disukai oleh anak-anak yang indera perasanya terganggu, dan hindari sendok logam.
“Jauhkan benda-benda yang berbau tidak sedap, cuci makanan dengan air garam atau soda kue, konsumsi suplemen zinc dapat meningkatkan indera perasa, memperbaiki lapisan epitel, permen mint dan makanan dingin membantu indera perasa yang dapat diterima anak-anak, namun hati-hati bagi yang alergi dingin atau coklat,” tuturnya.
Selain masalah pencernaan, efek samping lain yang disebabkan oleh kemoterapi meliputi depresi sumsum tulang yang memengaruhi produksi sel darah putih, gangguan hemoglobin dalam membawa oksigen ke seluruh tubuh, dan rambut rontok.
Baca juga: Dokter: Terapi psikologis penting untuk mendukung anak yang menjalani kemoterapi
Baca juga: Perawat: Jaga Kebersihan Agar Anak Tetap Sehat Pasca Kemoterapi
Reporter: Fitra Ashari
Editor: Siti Zulaikha
Hak Cipta © ANTARA 2024
ditulis oleh Nusarina Buchori
the jakarta press
Anda dapat mengirimkan berita di https://t.me/trackred