Pilkada adalah singkatan dari Pemilihan Kepala Daerah, yang merupakan salah satu proses demokrasi yang penting di Indonesia. Pada 27 November 2024, sebanyak 37 provinsi dan 508 kabupaten/kota di Indonesia akan mengadakan Pilkada. Namun, sayangnya, dalam beberapa tahun terakhir, politik dinasti semakin merajalela dalam Pilkada.
Menurut Prof. Djohermansyah Djohan, seorang pakar otonomi daerah, politik dinasti telah menjadi masalah serius dalam Pilkada. Pada tahun 2014, sekitar 11% kepala daerah menerapkan politik dinasti, namun angka ini terus meningkat menjadi 21,5% pada tahun 2018, dan kemudian mencapai 32% pada Pilkada 2024. Politik dinasti mengacu pada praktik di mana keluarga petahana berkuasa secara turun-temurun, seperti bapak, istri, anak, atau menantu yang menjadi calon kepala daerah.
Untuk mengatasi politik dinasti, Prof. Djohermansyah Djohan menyarankan adanya perbaikan dalam regulasi. Pada tahun 2015, larangan politik dinasti seharusnya dimasukkan dalam Undang-Undang Pilkada, namun aturan tersebut kemudian dicabut oleh Mahkamah Konstitusi. Prof. Djohermansyah Djohan juga menyarankan agar petahana yang memiliki saudara yang maju sebagai calon kepala daerah sebaiknya mengambil cuti selama masa kampanye, untuk menghindari konflik kepentingan.
Dalam Pilkada 2024, kita harus lebih waspada terhadap politik dinasti dan berusaha untuk mencegahnya. Regulasi yang lebih ketat dan penegakan hukum yang tegas dapat menjadi solusi untuk mengurangi praktik politik dinasti. Melalui kesadaran dan tindakan bersama, kita dapat memastikan bahwa Pilkada berlangsung dengan jujur, adil, dan demokratis.
Dengan demikian, menjaga integritas dan kejujuran dalam proses Pilkada adalah tanggung jawab bersama kita sebagai warga negara. Kita harus memastikan bahwa pemimpin yang terpilih adalah orang yang benar-benar mewakili kepentingan rakyat dan siap bertanggung jawab atas tugas dan amanah yang diembannya. Semoga Pilkada 2024 berjalan lancar dan memberikan pemimpin terbaik untuk memajukan daerah-daerah di Indonesia.
ditulis oleh Nusarina Buchori
the jakarta press
Anda dapat mengirimkan berita di https://t.me/trackred
