Tanda-tanda insomnia kronis dan cara mengatasinya
Jakarta (ANTARA) – Insomnia merupakan masalah tidur serius yang dapat menyebabkan kelelahan dan kekurangan energi serta memengaruhi kesehatan fisik dan mental.
Juru bicara Akademi Kedokteran Tidur Amerika (AASM) Indira Gurubhagavatula, MD, MP menjelaskan bahwa secara umum insomnia adalah kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan untuk tertidur atau tetap tertidur atau secara teratur bangun lebih awal dari yang diinginkan meskipun mereka memiliki cukup waktu untuk tidur.
“Banyak orang mengalami apa yang disebut insomnia akut atau insomnia penyesuaian, biasanya sebagai respons terhadap situasi yang membuat stres,” kata profesor kesehatan tidur dari Fakultas Kedokteran Perelman, Universitas Pennsylvania Itulah yang dikutip dari publikasi kesehatan Kesehatan pada hari Senin (5/8).
Menurutnya, insomnia akut dapat berlangsung selama beberapa hari atau bahkan minggu. Gejalanya biasanya hilang setelah penderita mengatasi stres atau sumber stresnya pergi.
Psikolog klinis dan ahli gangguan tidur di Psikologi Selatan di Colorado Nathan Baumann, PhD mengatakan Kesehatan bahwa stres, kecemasan, dan kekhawatiran dapat berperan dalam mengganggu ritme sirkadian seseorang, yang menjelaskan hubungannya dengan insomnia.
“Salah satu komponen penting dari tidur adalah ritme sirkadian, yang merupakan siklus energi dan istirahat yang dijalani tubuh kita setiap hari,” kata Baumann, seraya menambahkan bahwa gangguan pada ritme sirkadian dapat menyebabkan gangguan jangka panjang.
Baca juga: Dokter: Kondisi kesehatan yang buruk dapat menyebabkan insomnia
Gurubhagavatula mengatakan bahwa insomnia dapat menjadi “kronis” jika berlangsung selama tiga bulan atau lebih, dan terjadi setidaknya tiga kali seminggu. Insomnia kronis juga terjadi jika serangan insomnia berlangsung kurang dari tiga bulan tetapi terus berulang selama beberapa bulan atau tahun.
Menurut Gurubhagavatula, seseorang dapat dikatakan mengalami insomnia kronis jika terus-menerus mengonsumsi obat untuk tertidur dan merasa tidak dapat tidur tanpa bantuan obat tidur.
Selain kesulitan untuk tertidur dan tetap tertidur, lanjutnya, penderita insomnia kronis dapat mengalami ketidakpuasan tidur, kurang tidur, kecemasan tentang tidur, kelelahan di siang hari, kelesuan, kekurangan energi, kantuk, sakit kepala, mudah tersinggung, nyeri dan mual, serta tertidur saat mengemudi.
Baca juga: Kenali Jenis-jenis Insomnia Agar Bisa Ditangani dengan Tepat
Baumann mengatakan bahwa gangguan tidur dapat didiagnosis sebagai insomnia kronis jika mencapai tingkat yang menyebabkan tekanan atau gangguan signifikan dalam hubungan sosial, pekerjaan, pendidikan, atau area penting lainnya dalam kehidupan sehari-hari.
Psikolog berlisensi dan pendiri Psikoterapi Kecemasan dan Kesehatan Perilaku Di New York Shmaya Krinsky, PsyD menyarankan perlunya pemantauan masalah tidur untuk menentukan apakah seseorang mengalami insomnia kronis.
Krinsky mengatakan gejala-gejala yang perlu diwaspadai antara lain membutuhkan waktu lebih dari 30 menit untuk tertidur setidaknya tiga malam seminggu, sering terbangun atau tetap terjaga dalam jangka waktu lama di malam hari, dan mengalami stres, perubahan suasana hati, kesulitan berkonsentrasi atau kesulitan mengingat sesuatu.
Jika gejala-gejala tersebut berlanjut, lanjutnya, sebaiknya segera konsultasikan ke tenaga kesehatan profesional, seperti dokter di fasilitas kesehatan primer atau dokter spesialis tidur.
“Mereka dapat menyingkirkan kemungkinan kondisi medis atau psikologis lain yang dapat menyebabkan gejala tersebut,” katanya.
Baca juga: Selidiki pelarian Ruth Sahanaya dari insomnia
Menurut AASM, pengobatan yang paling efektif untuk insomnia kronis adalah terapi perilaku kognitif untuk insomnia atau CBT-I.
Gurubhagavatula menunjukkan bahwa banyak orang mendatangi dokter spesialis tidur dengan harapan akan mendapatkan pil untuk mengatasi insomnia mereka. Padahal, terapi lini pertama untuk insomnia bukanlah pil, melainkan CBT-I.
Pendekatan terapi ini biasanya berlangsung enam hingga delapan sesi, dan mencakup perubahan perilaku dan strategi kognitif.
Meskipun penanganannya mungkin berbeda untuk setiap orang, terapi dapat mencakup mencoba tidur pada waktu yang sama setiap malam, bangun dari tempat tidur saat Anda tidak dapat tidur, dan mengelola rasa takut Anda untuk tidak dapat tidur.
Orang dengan insomnia dapat melengkapi terapi dengan praktik kebersihan tidur yang lebih baik, seperti mengurangi konsumsi kafein, menikmati paparan sinar matahari di pagi dan sore hari, berolahraga secara teratur, menghindari rokok dan alkohol, serta mengatur waktu tidur dan bangun yang teratur.
Menurut Gurubhagavatula, penting juga untuk menjaga lingkungan kamar tidur sejuk, gelap, tenang dan nyaman.
“Dan usahakan untuk menghindari cahaya terang selama satu jam sebelum tidur. Jika Anda memiliki nyeri kronis, refluks asam lambung, atau kondisi kesehatan lain yang membuat Anda tidak bisa tidur, konsultasikan dengan dokter Anda,” katanya.
Baca juga: Olahraga secara konsisten membantu mengurangi risiko insomnia
Baca juga: Cara menenangkan pikiran agar lebih mudah tidur di malam hari
Penerjemah: Fitra Ashari
Redaktur : Maryati
Hak Cipta © ANTARA 2024
ditulis oleh Nusarina Buchori
the jakarta press
Anda dapat mengirimkan berita di https://t.me/trackred