Bisnis

[단독] Apa jadinya bank tabungan yang menjadi benteng masyarakat di tengah krisis ekonomi? Tunggakan jangka pendek meningkat sebesar KRW 120 miliar tahun ini.

Semakin banyak masyarakat awam yang tertekan oleh suku bunga yang tinggi
Kemungkinan memburuk akibat kredit bermasalah
Segala upaya untuk mengamankan likuiditas sebagai persiapan kerugian

Karena jumlah masyarakat biasa yang mengalami kesulitan membayar utangnya meningkat karena perlambatan ekonomi, tunggakan jangka pendek di bank tabungan telah meningkat sebesar 13,5 miliar won setiap bulannya pada tahun ini. Tunggakan jangka pendek adalah tunggakan pinjaman dimana jumlah hari tunggakan kurang dari 30 hari setelah meminjam uang dan tidak melunasinya, yang kemungkinan besar akan memburuk menjadi pinjaman bermasalah di masa depan.

Menurut data yang diserahkan oleh Layanan Pengawasan Keuangan ke kantor anggota parlemen Partai Kekuatan Rakyat Kim Sang-hoon, anggota Komite Urusan Politik Majelis Nasional, pada tanggal 18, tunggakan jangka pendek dari 79 bank tabungan domestik mencapai 740,7 miliar won per akhir September. Jumlah ini meningkat 121,8 miliar won dibandingkan 618,9 miliar won pada akhir tahun lalu.

Karena tunggakan jangka pendek di bank tabungan merupakan indikator utama yang mendahului peningkatan kredit bermasalah, maka tunggakan tersebut telah dikelola agar tidak melebihi tingkat tertentu. Jumlah tersebut menurun dari 263,4 miliar won pada tahun 2018 menjadi 222,6 miliar won pada tahun 2021, namun meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 453,6 miliar won pada tahun 2022, selama fase pandemi.

Meningkatnya tunggakan jangka pendek tahun ini merupakan fenomena yang terjadi seiring dengan meningkatnya jumlah peminjam yang bangkrut akibat kenaikan suku bunga yang tajam mulai paruh kedua tahun 2021. Suku bunga dasar terus meningkat sejak naik menjadi 0,75 % pada Agustus 2021, mencapai 3,5% sebelum Oktober tahun ini.

Sejalan dengan itu, suku bunga pinjaman kredit yang diberikan oleh Federasi Bank Tabungan Korea kepada masyarakat umum juga meningkat. Berdasarkan keterbukaan Korea Federation of Savings Banks, rata-rata suku bunga pinjaman kredit bagi peminjam dengan peringkat kredit 701 hingga 800 melonjak dari 7,88 menjadi 17,3% pada kuartal ketiga tahun 2021 menjadi 11,14 hingga 18,24% pada kuartal ketiga. tahun ini.

Jika jangka waktu tunggakannya melebihi 3 bulan, maka ditetapkan sebagai kredit bermasalah dan menjadi kredit bermasalah. Bahkan, proporsi kredit NPL terhadap total kredit 79 bank tabungan dalam negeri meningkat dari 5,61% pada Juni tahun lalu menjadi 11,53% pada Juni tahun ini. Hal ini diartikan bahwa sejumlah besar pinjaman yang tergolong tunggakan jangka pendek diubah menjadi kualitas di bawah lancar atau lebih rendah.

Oleh karena itu, bank tabungan melakukan segala upaya untuk mengamankan likuiditas, termasuk menjual sejumlah besar kredit bermasalah. Tujuannya adalah untuk mengamankan aset yang cukup untuk mempersiapkan diri meskipun jumlah piutang yang perlu ditangani untuk kerugian meningkat di masa depan.

Menurut kantor Perwakilan Kim Sang-hoon, rasio likuiditas bank tabungan mencapai 135,8% pada bulan September tahun ini. Rasio likuiditas merupakan perbandingan antara alat likuid terhadap kewajiban lancar, dan menunjukkan seberapa banyak alat likuid yang tersedia untuk memenuhi permintaan pelunasan kewajiban, misalnya simpanan yang jangka waktunya kurang dari 3 bulan.

Jika Anda menyukai artikel ini, Silakan klik suka.


Besar 0

ditulis oleh Nusarina Buchori
the jakarta press

Anda dapat mengirimkan berita di https://t.me/trackred

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button