Indonesia menarik pabrik kendaraan listrik dari tiga produsen mobil global: menteri
Jakarta (ANTARA) – Tiga produsen mobil global berkomitmen mendirikan pabrik otomotif di Indonesia, terutama untuk memproduksi kendaraan listrik (EV).
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam konferensi pers paket kebijakan ekonomi di Jakarta, Senin, menyebut Citroen, BYD, dan AION sebagai perusahaan tersebut.
Ketiga perusahaan ini akan mendapatkan keuntungan bebas bea masuk dan PPnBM DTP sebesar 15 persen, ujarnya mengacu pada pajak penjualan barang mewah yang ditanggung pemerintah.
Dia menjelaskan, pemberian insentif kepada produsen mobil Perancis dan kedua produsen otomotif China tersebut merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk menunjukkan regulasi kompetitif Indonesia.
“Regulasi tersebut mencakup insentif dan stimulus,” kata Kartasasmita.
Ia menegaskan, insentif tersebut selaras dengan tujuan pemerintah menjadikan Indonesia sebagai hub produksi kendaraan listrik baterai (BEV) di Asia Tenggara.
Mulai 1 Januari 2025, pemerintah juga akan menawarkan insentif untuk menutupi 3 persen beban pajak barang mewah untuk kendaraan hybrid.
Saat ini mobil hybrid dikenakan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) sebesar 6–12 persen. Sebaliknya, BEV mendapat manfaat dari berbagai insentif, termasuk nol PPnBM.
Pemerintah juga menawarkan pajak pertambahan nilai (PPN) ditanggung pemerintah sebesar 10 persen untuk mobil listrik yang memenuhi tingkat komponen dalam negeri (TKDN) minimal 40 persen.
“Di sini kita melihat pemerintah memberikan perhatian yang besar terhadap sektor manufaktur dengan memberikan insentif atau stimulus pada sektor otomotif,” tegas Kartasasmita.
Berita terkait: Indonesia mencari akses pasar AS untuk kendaraan listrik buatan Korea
Berita terkait: Insentif mobil listrik dan tujuan mengurangi polusi udara
Penerjemah: Putu Indah Savitri, Yashinta Difa
Redaktur: Anton Santoso
Hak Cipta © ANTARA 2024
ditulis oleh Nusarina Buchori
the jakarta press
Anda dapat mengirimkan berita di https://t.me/trackred