Penghapusan RUU pemakzulan, meningkatnya ketidakpastian perekonomian Korea… ‘Badai Sempurna’ tidak terlindungi
Ketika rancangan undang-undang pemakzulan terhadap Presiden Yoon Seok-yeol dibatalkan pada tanggal 7 karena kurangnya kuorum, sebuah analisis menunjukkan bahwa perekonomian Korea telah jatuh ke dalam situasi di mana ketidakpastian meningkat dalam jangka menengah dan panjang.
Menurut Yonhap News, di bidang ekonomi, penolakan pemakzulan dianggap sebagai faktor yang lebih meningkatkan ketidakpastian dibandingkan dengan disahkannya pemakzulan. Sebab, jumlah kasus akibat kisruh politik dan sosial lebih banyak dan memerlukan waktu penyelesaian yang lebih lama.
Dalam situasi di mana Presiden Yoon, yang menjabat sebagai kepala pemerintahan, secara efektif mundur untuk masa jabatan kedua, partai oposisi berada dalam posisi untuk mengusulkan rancangan undang-undang pemakzulan sampai disahkan.
Ketika pertikaian antara partai berkuasa dan partai oposisi mengenai rancangan undang-undang pemakzulan terus berlanjut di Majelis Nasional, kebingungan politik dan sosial semakin meningkat, dan hal ini kemungkinan besar akan menyebar ke sektor ekonomi.
Ada kekhawatiran bahwa hal ini akan menjadi faktor negatif di pasar keuangan seperti valuta asing dan pasar saham mulai minggu depan dan volatilitas akan meningkat.
Nilai won dan harga saham sudah lemah karena pengaruh ‘perdagangan Trump’, namun sangat terguncang sejak situasi darurat militer.
Gejolak politik dan sosial dapat menurunkan konsumsi, menunda investasi, dan menyebarkan dampak negatif terhadap produksi dan lapangan kerja.
Ketidakstabilan pasar akibat situasi pemakzulan juga dapat menyebabkan menurunnya kredibilitas eksternal. Dengan Presiden Yoon yang secara efektif berada dalam ‘keadaan vegetatif’, kebijakan-kebijakan nasional yang penting mungkin akan sulit mendapatkan momentum.
Ada pula analisis bahwa meski RUU pemakzulan disahkan, situasi ini bisa berlanjut hingga lebih dari setengah tahun sebelum Mahkamah Konstitusi memutuskannya.
Dalam hal ini, menara pengawas akan sulit beroperasi secara normal sebagai respons terhadap dimulainya masa jabatan kedua pemerintahan Donald Trump AS.
Jika Presiden terpilih Trump mengenakan tarif universal sebesar 10 hingga 20 persen pada semua barang impor dan tarif tinggi sebesar 60 persen pada Tiongkok, seperti yang ia nyatakan, maka ekspor, yang merupakan mesin utama perekonomian Korea, dapat terkena dampak yang sangat besar.
Alih-alih memberikan respons yang tepat, perekonomian Korea mungkin akan mengalami ‘badai sempurna’ (krisis ekonomi yang disebabkan oleh berbagai peristiwa buruk).
Jika Anda menyukai artikel ini, Silakan klik suka.
Besar 0
ditulis oleh Nusarina Buchori
the jakarta press
Anda dapat mengirimkan berita di https://t.me/trackred